Rabu, 27 November 2013

Bima Kacep Dewi Arimbi merasa kesal hatinya karena sudah lama suaminya, Arya Werkudara, belum kembali. Ia merencanakan akan mencarinya dengan Kalabendana. Adiknya menyarankan agar ditanyakan kepada Batara Guru, tentu Batara Guru mengetahui apakah ia masih hidup atau mati. Kalabendana menolak ketika disuruh menghadap Batara Guru sendirian, ia minta Dewi Arimbi ikut serta. Agar dapat segera sampai, maka Dewi Arimbi didukung oleh Kalabendana dan dibawa terbang. Di kahyangan Tinjamaya Dewi Uma dihadap oleh Emban Suntul Kenyut: ia bermuran durja karena sedang jatuh cinta kepada satria Jodipati, Arya Werkudara. Ia bingung bagaimana jika hal itu samapai diketahui oleh Hyang Girinata. Meskipun demikian ia akan tetap mencarinya. Dalam pembicaraan dengan pelayannya diketahui bahwa Bima (Arya Werkudara) sedang tidak ada di Jodipati. Ia sedang bertapa dengan cara tidur di Pucang Sewu. Karenannya pelayannya menyarankan agar Dewi Uma menggoda Arya Werkudara. Dewi Uma merasa lega, pelayannya tetap diminta ikut untuk menunjukkan jalan ke Pucang Sewu. Lalu keduanya berangkat dengan memperhatikan keempat penjuru angin dan pusatnya, demikian pula diperhatikan barangkali terlihat sinar (teja) yang berasal dari tubuh Bima. Ketika telah diketahui tempat pertapaan Bima, pelayanannya menyarankan agar dapat cepat sampai ke tujuan Dewi Uma akan didukung saja oleh Emban Suntul dan dibawanya terbang. Di kahyangan Junggring Selaka Batara Guru dihadap oleh Hyang Kanekaputra serta para dewata. Batara Guru merasa terpukul dan heran atas kepergian Dewi Uma yang tanpa minta diri. Ia menanyakan kepada Batara Narada di mana Dewi Uma berada. Batara Narada memberitahu agar dicari ke Pucang Sewu. Batara Guru menuruti saran Batara Narada dan keduanya segera berangkat menuju Pucang Sewu, sedangkan para Dewata yang lain agar menjaga kahyangan. Di Pucang Sewu Arya Werkudara sedang bertapa dengan jalan tidur, ia berada sendirian. Ia bertapa agar pada perang besar nanti dapat memenagkan peperangan. Ia telah bertapa selama lima belas hari dan tidak akan berhenti sebelum keinginannya terkabul. Karena telah merasa cukup lama namun belum ada tanda-tanda bahwa permohonannya akan terkabul, ia merasa sedih. Karena kuatnya bertapa. Kahyangansamapi tergetar, hal itu berakibat Dewi Uma dan para bidadari lainnya terpengaruh. Dewi Uma yang didukung oleh Emban Suntul Kenyut sampai di atas Pucang Sewu dan telah melihat sinar (teja) yang keluar dari tubuh Bima. Mereka mencari akal bagaimana mendekatinya. Atas saran pelayannya, Dewi Uma memberanikan diri menuju tempat Bima bertapa. Dewi Uma memegang kakinya untuk membangunkannya. Bima terkejut karena merasa kakinya oleh seorang wanita, heran sekali marena yang menungguinya seorang bidadari. Bima lalu menanyakkan apakah yang dikehendaki (Dewi Uma). Dewi Uma menjawab bahwa ia ingin membantu terlaksannya keinginan Bima, sebaliknya Dewi Uma menanyakan apa keinginan Bima sehingga ia melakukan tap tidur itu. Bima menjawab agar ia dapat memenangkan perang yang akan terjadi. Dewi Uma sanggup membantu terlaksananya hal itu dengan disaksikan oleh embannya . Bima merasa tertarik Kepada Dewi Uma karena Dewi Uma sengaja menggodanya. Keduanya lupa diri. Batara Guru yang sampai di tempat itu amat marah karena menemukan mereka sedang memadu kasih. Dengan membawa pusaka Kyai Cis Jaludara Batara Guru mendekati mereka agar berpisah, namun keduanya tidak dapat berpisah. Maka pusaka Cis Jaludara itu dikenakan antara keduanya, dengan tak disangka-sangka senjata itu memotong phallus Bima yang karena mantra Batara Guru berubah menjadi senjata Angking Gobel. Bima merasa malu sekali, demikian pula Dewi Uma. Bima minta ampun kepada Batara Guru dan berjanji tidak akan berbuat demikian lagi. Bima lalu disuruh kembali ke negaranya. Demikian pula Dewi Uma kembali ke Suralaya; ia hamil dan nanti melahirkan anak yang dinamakan Bimadari, anak inilah nanti yang akan menolong Bima dalam perang besar Barata. Batara Guru menjelaskan kepada Batara Narada bahwa Angking Gobel itu nanti dapat dipakai untuk membaasmi hama padi Ginjah Klepon. Setelah Bima dan Dewi Uma pergi, Batara Guru menanyakan kepada Batara Narada bagaimana caranya dapat membalas dendam. Batara Narada menyarankan agar Batara Guru menggoda Dewi Arimbi, apalagi Bima sudah tidak mempunyai kejantanan lagi. Batara Guru menurut akan nasehat Batara Narada,namun di mana ia dapat menemui Dewi Arimbi ? Batara Narada mengatakan bahwa Dewi Arimbi yang ditinggal Bima sekarang sedang mencarinya bersama Kalabendana. Batara Guru harus mencarinya, dan agar keinginannya terlaksana ia harus mengubah diri menjadi Bima, Batara Narada memisahkan diri agar Batara Guru dapat menggoda Dewi Arimbi. Kemudian mereka bertemu, Dewi Arimbi didukung oleh Kalabendana, Kalabendana merasa girang sekali ketika malihat Bima (gadungan) itu. Demikian juga Bima (gadungan), ia memberitahu agar Kalabendana memisahkan diri. Dewi Arimbi yang merasa telah lama tidak bertemu dengan suaminya , tidak menolak ketika diajak memadu kasih oleh Bima, tanpa mengetahui bahwa itu Bima gadungan. Ketika Bima (yang asli) lewat di tempat itu, ia marah sekali melihat Dewi Arimbi bersama Bima (yang lain). Dewi Arimbi juga heran mengapa ada dua Bima. Kadua Bima itu lalu bertengkar dan berkelahi. Lama kelamaan Bima gadungan tidak dapat menghadapi Bima asli, sehingga ia berubah kembali menjadi Batara Guru. Bima terkejut dan bertanya mengapa Batara Guru menginginkan isterinya. Dijawab oleh Batara Guru bahwa perbuatannya itu hanya untuk membalas dendam. Setelah jelas persolannya, mereka semua pulang ke tempat masing-masing.

Antareja Takon Bapa {Lakon Ini dikenal juga dengan "Sumbadra Larung"} Antareja adalah putera Werkudara dengan Dewi Nagagini puteri Batara Antaboga. Kini usia Antareja sudah cukup dewasa. Ia ingin mengabdi pada sudarmanya,ia ingin mengabdi pada ayahnya. Antareja berpamitan pada kakek dan Ibunya. Untuk menemui ayahnya di Indraprasta (Amarta). Kakeknya membekali Air Prawitasari atau air kehidupan serta Aji Kawastraman.Sementara itu di taman Maduganda Kesatrian Madukara Dewi Wara Sembadra kedatangan tamu yang tak diundang. Buriswara putera Prabu Salya dari Mandaraka, tiba tiba saja sudah masuk di taman. Dewi Wara Sembadra, kaget sekali, apalagi , Dewi Wara Srikandi yang menjaga keselamatan para Istri Arjuna tidak ditempat. Dewi Wara Sembadra terus saja dirayu oleh Memang Burisrawa. sejak dahulu, sebelum Arjuna memperistri Dewi Wara Sembadra, Buriswara sudah mencintainya. Sampai dengan hari ini pun masih mencintai. Buriswara makin lama makin kasar pada Dewi Wara Sembadra, Wara Sembadra tidak mau menanggapi. Wara Sembadra tidak mau melayani kemauan Buriswara, Ia lebih baik mati daripada tidak bisa mempertahankan kesucian wanitanya. Burisrawa menjadi brutal ,Buriswara mengeluarkan pusaka untuk menakut nakuti Dewi Wara Sembadra. Namun Dewi Wara Sembadra malah menu bruk keris itu, hingga tewas. Dewi Wara Sembadra terbunuh oleh Burisrawa. Mengetahui Dewi Sembadra telah mati, Burisrawa menjadi ketakutan, ia segera bersembunyi di balik tanaman bunga yang gelap, ketika ada seseorang yang mendatangi tempat itu. Dewi Wara Srikandi mengetahui kematian Sembadra menjadi marah, ia mengejar pembunuhnya, karena gelap,ia tidak melihat dengan jelas, ada bayangan orang di dekat gerumbulan tanaman,Srikandi mengira mengira apakah ini patih Sucitra, dijawab oleh orang itu, ya, betul saya patih Sucitra, Srikandi terus berkata. Kok suaranya seperti Patih Surata, dan mendengar suara itu, juga orang itu membetulkan, kalau ia Patih Surata. Yakinlah Dewi Srikandi kalau ini orang luar yang baru saja membunuh Dewi Wara Sembadra. Dewi Wara Srikandi mengejar, bayangan orang tadi, dan berteriak ada maling, tetapi malingnya telah melompat pagar taman dan melarikan diri. Dewi Wara Srikandi segera memberitahukan kejadian ini kepada Arjuna dan keluarga semua. Prabu Kresna meminta agar dapat mengetahui siapa pembunuhnya, maka Dewi Wara Sembadra harus dilarung di sungai. Dewi Wara Sembadara dilarung di sungai Yamuna. Gatutkaca ditugaskan Prabu Kresna untuk mengawasi keberadaan Dew Wara Sembadra. Sementara itu Antareja yang sedang melakukan perjalanan lewat jalan dalam tanah, telah muncul di tengah sungai Yamuna. Sesampai diatas permukaan air, ia melihat jasad seseorang yang dilarung di sungai itu. Antareja bermaksud akan menghidupkan kembali orang tersebut. Ia segera mendekati jasad Dewi Wara Sembadra, Gatutkaca melihat ada seseorang yang menghampiri jasad Dewi Wara Sembadra, maka Gatutkaca segera menyerangnya dan terjadilah perkelahian. Batara Narada datang memberitahu kalau keduanya masih bersaudara.Keduanya putera Werkudara. Oleh Antareja. wajah Dewi Wara Sembadra diperciki dengan air Prawitasari, Dengan kehendak Dewa, maka Dewi Wara Sembadara siuman kembali. Para keluarga senang melihat Dewi Wara Sembadra bangun kembali. Setelah siuman Dewi Wara Sembadra menceriterakan apa sebenarnya yang telah terjadi, hingga ia tewas. Antareja merasa geram, ia ingin membalas kejahatan Buriswara. Dengan bekal pusaka kakeknya, Aji Kawastrawam, Antasena berubah menjadi Dewi Wara Sembadra. Iapun pergi ke kediaman Buriswara di Kerajaan Bahlika.. Dewi Wara Sembadra palsu ingin membersihkan rambut gimbal Burisrawa yang penuh kutu. Buriswara senang sekali ketika Dewi Wara Sembadra memberi perhatian padanya.Buriswara akan memberi hadiah kalau Dewi Wara Sembadra dapat kutu tiga, Buriswara dapat sotho, kalau dapat sembilan Buriswara dapat jotos, dari Dewi Wara Sembadra. Dewi Wara Sembadra palsu mendapat sembilan kutu, maka Dewi Wara Sembadra pun menjotos Buriswara, sehingga jatuh terlentang. Buriswara terkejut karena jotosannya seperti jotosan laki laki. Setelah melirik kebelakang tahulah kalau yang ada dibelakangnya bukan Dewi Wara Sembadra tetapi seorang laki laki yang mirip Gatutkaca.Maka terjadilah perkelahian antara Buriswara dan Antasena. Buriswara melarikan diri ketakutan, dan Antarejapun kembali ke Indraprasta. Antareja Kemudian mence ritakankan segala sesuatunya pada ayahnya, Werkudara dan saudara saudara Para Pandawa. Antareja bahagia bisa bertemu dengan ayah dan para Keluarga Pandawa.

cerita wayang