Register PIVOT to get BTC Bonus:PIVOT is a community for cryptocurrency investors. https://www.pivot.one/app/invite_login?inviteCode=ixgjxt
Rabu, 11 Desember 2013
Dedonga Wayah turu ditinggalake Banyu adhem kajereng ing rai Tangan lan sikil karone Petenge layar donya Sing ana lintang lan wulan Suara kang tentrem ayem Menakake pikir Mori kothak kablebet ing sikil Badan nganggo koko Sedakep tangan lorone Ati sumeleh Sesembah kang paring jagat Patang sujud Salam penutupe Nengen ngiwa mustakane Tangan loro nyenyadhong Lambe obah samunine Luh kang tumetes Rasa kang ora kepenak
Rabu, 27 November 2013
Bima Kacep Dewi Arimbi merasa kesal hatinya karena sudah lama suaminya, Arya Werkudara, belum kembali. Ia merencanakan akan mencarinya dengan Kalabendana. Adiknya menyarankan agar ditanyakan kepada Batara Guru, tentu Batara Guru mengetahui apakah ia masih hidup atau mati. Kalabendana menolak ketika disuruh menghadap Batara Guru sendirian, ia minta Dewi Arimbi ikut serta. Agar dapat segera sampai, maka Dewi Arimbi didukung oleh Kalabendana dan dibawa terbang. Di kahyangan Tinjamaya Dewi Uma dihadap oleh Emban Suntul Kenyut: ia bermuran durja karena sedang jatuh cinta kepada satria Jodipati, Arya Werkudara. Ia bingung bagaimana jika hal itu samapai diketahui oleh Hyang Girinata. Meskipun demikian ia akan tetap mencarinya. Dalam pembicaraan dengan pelayannya diketahui bahwa Bima (Arya Werkudara) sedang tidak ada di Jodipati. Ia sedang bertapa dengan cara tidur di Pucang Sewu. Karenannya pelayannya menyarankan agar Dewi Uma menggoda Arya Werkudara. Dewi Uma merasa lega, pelayannya tetap diminta ikut untuk menunjukkan jalan ke Pucang Sewu. Lalu keduanya berangkat dengan memperhatikan keempat penjuru angin dan pusatnya, demikian pula diperhatikan barangkali terlihat sinar (teja) yang berasal dari tubuh Bima. Ketika telah diketahui tempat pertapaan Bima, pelayanannya menyarankan agar dapat cepat sampai ke tujuan Dewi Uma akan didukung saja oleh Emban Suntul dan dibawanya terbang. Di kahyangan Junggring Selaka Batara Guru dihadap oleh Hyang Kanekaputra serta para dewata. Batara Guru merasa terpukul dan heran atas kepergian Dewi Uma yang tanpa minta diri. Ia menanyakan kepada Batara Narada di mana Dewi Uma berada. Batara Narada memberitahu agar dicari ke Pucang Sewu. Batara Guru menuruti saran Batara Narada dan keduanya segera berangkat menuju Pucang Sewu, sedangkan para Dewata yang lain agar menjaga kahyangan. Di Pucang Sewu Arya Werkudara sedang bertapa dengan jalan tidur, ia berada sendirian. Ia bertapa agar pada perang besar nanti dapat memenagkan peperangan. Ia telah bertapa selama lima belas hari dan tidak akan berhenti sebelum keinginannya terkabul. Karena telah merasa cukup lama namun belum ada tanda-tanda bahwa permohonannya akan terkabul, ia merasa sedih. Karena kuatnya bertapa. Kahyangansamapi tergetar, hal itu berakibat Dewi Uma dan para bidadari lainnya terpengaruh. Dewi Uma yang didukung oleh Emban Suntul Kenyut sampai di atas Pucang Sewu dan telah melihat sinar (teja) yang keluar dari tubuh Bima. Mereka mencari akal bagaimana mendekatinya. Atas saran pelayannya, Dewi Uma memberanikan diri menuju tempat Bima bertapa. Dewi Uma memegang kakinya untuk membangunkannya. Bima terkejut karena merasa kakinya oleh seorang wanita, heran sekali marena yang menungguinya seorang bidadari. Bima lalu menanyakkan apakah yang dikehendaki (Dewi Uma). Dewi Uma menjawab bahwa ia ingin membantu terlaksannya keinginan Bima, sebaliknya Dewi Uma menanyakan apa keinginan Bima sehingga ia melakukan tap tidur itu. Bima menjawab agar ia dapat memenangkan perang yang akan terjadi. Dewi Uma sanggup membantu terlaksananya hal itu dengan disaksikan oleh embannya . Bima merasa tertarik Kepada Dewi Uma karena Dewi Uma sengaja menggodanya. Keduanya lupa diri. Batara Guru yang sampai di tempat itu amat marah karena menemukan mereka sedang memadu kasih. Dengan membawa pusaka Kyai Cis Jaludara Batara Guru mendekati mereka agar berpisah, namun keduanya tidak dapat berpisah. Maka pusaka Cis Jaludara itu dikenakan antara keduanya, dengan tak disangka-sangka senjata itu memotong phallus Bima yang karena mantra Batara Guru berubah menjadi senjata Angking Gobel. Bima merasa malu sekali, demikian pula Dewi Uma. Bima minta ampun kepada Batara Guru dan berjanji tidak akan berbuat demikian lagi. Bima lalu disuruh kembali ke negaranya. Demikian pula Dewi Uma kembali ke Suralaya; ia hamil dan nanti melahirkan anak yang dinamakan Bimadari, anak inilah nanti yang akan menolong Bima dalam perang besar Barata. Batara Guru menjelaskan kepada Batara Narada bahwa Angking Gobel itu nanti dapat dipakai untuk membaasmi hama padi Ginjah Klepon. Setelah Bima dan Dewi Uma pergi, Batara Guru menanyakan kepada Batara Narada bagaimana caranya dapat membalas dendam. Batara Narada menyarankan agar Batara Guru menggoda Dewi Arimbi, apalagi Bima sudah tidak mempunyai kejantanan lagi. Batara Guru menurut akan nasehat Batara Narada,namun di mana ia dapat menemui Dewi Arimbi ? Batara Narada mengatakan bahwa Dewi Arimbi yang ditinggal Bima sekarang sedang mencarinya bersama Kalabendana. Batara Guru harus mencarinya, dan agar keinginannya terlaksana ia harus mengubah diri menjadi Bima, Batara Narada memisahkan diri agar Batara Guru dapat menggoda Dewi Arimbi. Kemudian mereka bertemu, Dewi Arimbi didukung oleh Kalabendana, Kalabendana merasa girang sekali ketika malihat Bima (gadungan) itu. Demikian juga Bima (gadungan), ia memberitahu agar Kalabendana memisahkan diri. Dewi Arimbi yang merasa telah lama tidak bertemu dengan suaminya , tidak menolak ketika diajak memadu kasih oleh Bima, tanpa mengetahui bahwa itu Bima gadungan. Ketika Bima (yang asli) lewat di tempat itu, ia marah sekali melihat Dewi Arimbi bersama Bima (yang lain). Dewi Arimbi juga heran mengapa ada dua Bima. Kadua Bima itu lalu bertengkar dan berkelahi. Lama kelamaan Bima gadungan tidak dapat menghadapi Bima asli, sehingga ia berubah kembali menjadi Batara Guru. Bima terkejut dan bertanya mengapa Batara Guru menginginkan isterinya. Dijawab oleh Batara Guru bahwa perbuatannya itu hanya untuk membalas dendam. Setelah jelas persolannya, mereka semua pulang ke tempat masing-masing.
Antareja Takon Bapa {Lakon Ini dikenal juga dengan "Sumbadra Larung"} Antareja adalah putera Werkudara dengan Dewi Nagagini puteri Batara Antaboga. Kini usia Antareja sudah cukup dewasa. Ia ingin mengabdi pada sudarmanya,ia ingin mengabdi pada ayahnya. Antareja berpamitan pada kakek dan Ibunya. Untuk menemui ayahnya di Indraprasta (Amarta). Kakeknya membekali Air Prawitasari atau air kehidupan serta Aji Kawastraman.Sementara itu di taman Maduganda Kesatrian Madukara Dewi Wara Sembadra kedatangan tamu yang tak diundang. Buriswara putera Prabu Salya dari Mandaraka, tiba tiba saja sudah masuk di taman. Dewi Wara Sembadra, kaget sekali, apalagi , Dewi Wara Srikandi yang menjaga keselamatan para Istri Arjuna tidak ditempat. Dewi Wara Sembadra terus saja dirayu oleh Memang Burisrawa. sejak dahulu, sebelum Arjuna memperistri Dewi Wara Sembadra, Buriswara sudah mencintainya. Sampai dengan hari ini pun masih mencintai. Buriswara makin lama makin kasar pada Dewi Wara Sembadra, Wara Sembadra tidak mau menanggapi. Wara Sembadra tidak mau melayani kemauan Buriswara, Ia lebih baik mati daripada tidak bisa mempertahankan kesucian wanitanya. Burisrawa menjadi brutal ,Buriswara mengeluarkan pusaka untuk menakut nakuti Dewi Wara Sembadra. Namun Dewi Wara Sembadra malah menu bruk keris itu, hingga tewas. Dewi Wara Sembadra terbunuh oleh Burisrawa. Mengetahui Dewi Sembadra telah mati, Burisrawa menjadi ketakutan, ia segera bersembunyi di balik tanaman bunga yang gelap, ketika ada seseorang yang mendatangi tempat itu. Dewi Wara Srikandi mengetahui kematian Sembadra menjadi marah, ia mengejar pembunuhnya, karena gelap,ia tidak melihat dengan jelas, ada bayangan orang di dekat gerumbulan tanaman,Srikandi mengira mengira apakah ini patih Sucitra, dijawab oleh orang itu, ya, betul saya patih Sucitra, Srikandi terus berkata. Kok suaranya seperti Patih Surata, dan mendengar suara itu, juga orang itu membetulkan, kalau ia Patih Surata. Yakinlah Dewi Srikandi kalau ini orang luar yang baru saja membunuh Dewi Wara Sembadra. Dewi Wara Srikandi mengejar, bayangan orang tadi, dan berteriak ada maling, tetapi malingnya telah melompat pagar taman dan melarikan diri. Dewi Wara Srikandi segera memberitahukan kejadian ini kepada Arjuna dan keluarga semua. Prabu Kresna meminta agar dapat mengetahui siapa pembunuhnya, maka Dewi Wara Sembadra harus dilarung di sungai. Dewi Wara Sembadara dilarung di sungai Yamuna. Gatutkaca ditugaskan Prabu Kresna untuk mengawasi keberadaan Dew Wara Sembadra. Sementara itu Antareja yang sedang melakukan perjalanan lewat jalan dalam tanah, telah muncul di tengah sungai Yamuna. Sesampai diatas permukaan air, ia melihat jasad seseorang yang dilarung di sungai itu. Antareja bermaksud akan menghidupkan kembali orang tersebut. Ia segera mendekati jasad Dewi Wara Sembadra, Gatutkaca melihat ada seseorang yang menghampiri jasad Dewi Wara Sembadra, maka Gatutkaca segera menyerangnya dan terjadilah perkelahian. Batara Narada datang memberitahu kalau keduanya masih bersaudara.Keduanya putera Werkudara. Oleh Antareja. wajah Dewi Wara Sembadra diperciki dengan air Prawitasari, Dengan kehendak Dewa, maka Dewi Wara Sembadara siuman kembali. Para keluarga senang melihat Dewi Wara Sembadra bangun kembali. Setelah siuman Dewi Wara Sembadra menceriterakan apa sebenarnya yang telah terjadi, hingga ia tewas. Antareja merasa geram, ia ingin membalas kejahatan Buriswara. Dengan bekal pusaka kakeknya, Aji Kawastrawam, Antasena berubah menjadi Dewi Wara Sembadra. Iapun pergi ke kediaman Buriswara di Kerajaan Bahlika.. Dewi Wara Sembadra palsu ingin membersihkan rambut gimbal Burisrawa yang penuh kutu. Buriswara senang sekali ketika Dewi Wara Sembadra memberi perhatian padanya.Buriswara akan memberi hadiah kalau Dewi Wara Sembadra dapat kutu tiga, Buriswara dapat sotho, kalau dapat sembilan Buriswara dapat jotos, dari Dewi Wara Sembadra. Dewi Wara Sembadra palsu mendapat sembilan kutu, maka Dewi Wara Sembadra pun menjotos Buriswara, sehingga jatuh terlentang. Buriswara terkejut karena jotosannya seperti jotosan laki laki. Setelah melirik kebelakang tahulah kalau yang ada dibelakangnya bukan Dewi Wara Sembadra tetapi seorang laki laki yang mirip Gatutkaca.Maka terjadilah perkelahian antara Buriswara dan Antasena. Buriswara melarikan diri ketakutan, dan Antarejapun kembali ke Indraprasta. Antareja Kemudian mence ritakankan segala sesuatunya pada ayahnya, Werkudara dan saudara saudara Para Pandawa. Antareja bahagia bisa bertemu dengan ayah dan para Keluarga Pandawa.
Senin, 28 Oktober 2013
cerita wayang
Prabu Rama
akhirnya memerintahkan kepada Anoman untuk melakukan perjalanan kenegeri
Alengka. Hal ini dilakukan oleh Prabu Rama mengingat berita yang simpang siur
tentang keberadaan Dewi Sinta.Pertimbangan itu diambil karena Anoman memiliki
kesaktian yang cukup tinggi. Sehingga apabila menghadapi musuh yang ditemuinya
nanti dalam perjalanan, akan dapat diselesaikan dengan baik. Terlebih-lebih
pula Anoman dapat terbang keangkasa, sehingga Prabu Rama dapat memperkirakan,
perjalanan Anoman akan lebih cepat dari pada para senapati lainnya. yang lewat
daratan. Apalagi perjalanan ini akan melewati samudera, dan merupakan tugas
pertama menuju Alengka
Anoman
berpamitan kepada Prabu Rama,untuk segera melaksanakan tugas. Namun kemudian
datanglah Anggada menghadap Prabu Rama. *Anggada adalah putra Subali dengan
Dewi Tara. Anggada minta Prabu Rama untuk membatalkan niatnya untuk
mengutus Anoman ke Alengka. Akhirnya Anoman dan Anggada berkelahi memperebutkan
tugas ke Alangka. Prabu Rama melerai keduanya agar tidak berkelahi.
Keduanya didudukkan bersama. Prabu Rama menguji kelebihan masing-masing. Prabu Rama menanyakan pada Anoman berapa lama waktu perjalanan yang ditempuh dalam melakukan tugas. Anoman menyangggupi 10 hari. Diperkirakan oleh Anoman, Kerajaan Alengka jauh letaknya, disamping itu ada kemungkinan dalam perjalanan nanti akan menghadapi mata-mata Prabu Dasamuka, yang pasti akan menghambat perjalanan berikutnya. Sedangkan Anggada menyanggupi 7 hari. Kemudian keduanya tawar menawar. Anoman menyanggupi 5 hari parjalanan menuju Alengka. Anggada tidak mau mengalah, ia menyanggupi 3 hari perjalanan menuju Alengka. Anoman akhirnya menyanggupi 1 hari. Kemudian Prabu Rama menunjuk Anoman untuk berangkat ke Alengka. Perjalanannya menuju Alengka disertai Para Punakawan, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong..
Untuk
memudahkan perjalanan, para punakawan dimasukkan dalam kancing gelung Anoman.
Dari penulis menginginkan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong bisa terbang,
mengikuti Anoman yang sedang terbang dalam perjalanannya ke Alengka, namun
karena tidak lazim, ada Semar, Gareng, Petruk dan Bagong bisa terbang, maka
mereka saya masukkan saja dalam kancing gelung Anoman. Mereka sebenarnya bisa
terbang, karena Semar adalah jelmaan Dewa, Gareng dan Petruk adalah gandarwa
sedangkan Bagong adalah bayangan Semar.
Pada hari
pertama perjalanannya, Anoman pergi ke kahyangan, menemui Batara Surya .
Dimintanya Batara Surya mau mengikat matahari supaya tidak bergeser ke Barat.
Batara Surya keberatan,dan tidak bisa menyanggupi kemauan Anoman. Anoman
memaksa Batara Surya untuk memenuhi permintaannya.Maka terjadilah perkelahian
antara keduanya. Semar segera melerai perkelahian mereka. Akhirnya Semar
sendiri yang minta agar Batara Surya mau menuruti kehendak Anomann.
Akhirnya.Batara Surya memenuhi keinginan Anoman, mengingat Semar adalah
Sanghyang Ismaya adalah ayahanda Batara Surya sendiri,.Anoman meminta Batara
Surya tidak melepaskan matahari sampai Anoman kembali ke Pancawati.. Batara
Surya menuruti permintaan Anoman. Batara Surya mengikat matahari yang posisinya
masih diatas kepala, sehingga negeri Pancawati akan mengalami siang yang berke
panjang an selama Anoman dalam perjalanan.
Ditengah
perjalanan di angkasa menuju Alengka, Anoman kehilangan arah. Anoman sudah
berada diatas lautan Hindia. Laut luas membiru. Anoman terkejut merasa ada
kekuatan besar yang menyedot tubuhnya, Tiba-tiba saja tubuh Anoman tertarik
kebawah dan masuk dalam perut raksasa.Raksasa itu Wil Kataksini, yang bertugas
menjaga lautan Alengka. Tubuh Anoman tidak berdaya dan berusaha keluar dari
mulut raksasa Wil Kataksini.
Anoman
dengan sekuat tenaga menendang-nendang dan mencakar-cakar dalam perut Wil
Kataksini. Kataksini merasa dalam perutnya perih dan geli. Anoman yang ada
dalam perut itu di muntahkan kembali keluar mulutnya. Setelah itu tubuh Wil
Kataksini menjadi limbung, dan roboh, Wil Kataksini tewas.
Sementara
itu tubuh Anoman bagaikan dibanting, Anoman jatuh terpelanting di daerah
pegunungan. Anoman memperkira kan daerah Suwelagiri, sangat cocok untuk
menghimpun pasukan dan menyusun pertahanan Prabu Rama dalam penyerangan ke
istana Alengka atau tempat unntuk memata-matai Prajurit Alengka.
Anoman
sudah tidak bisa terbang lagi. Ia melanjutkan perjalanan lewat daratan dengan
tertatih-tatih. Setelah berjalan begitu lama, Anoman tidak kuat lagi. Ia jatuh
pingsan. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, segera keluar dari kancing gelung
Anoman. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong membawa Anoman ketempat berlindung.
Tidak jauh
dari tempat itu, terdapat sebuah goa, yaitu Goa Windu tempat bersemayamnya
seorang pertapa wanita bernama Dewi Sayempraba. Dewi Sayempraba adalah mantan
istri Prabu Dasamuka. Ia seorang bidadari. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong
yang memapah Anoman sudah sampai dihadapan Dewi Sayempraba. Dewi Sayempraba
segera menyambut kedatangan para tamunya. Setelah beberapa hari dirawat di
dalam goa, Anoman sadar dari pingsannya. Ia terkejut ketika mengetahui dirinya
berada di dalam istana yang megah, Anoman kagum ternyata di dalam goa terdapat
istana yang megah dan indah. Ia pun melihat ada seorang dewi cantik berada
dihadapannya. Anoman tertarik kecantikan Dewi Sayempraba. Selama dalam
perawatan Dewi Sayempraba Anoman tidak tahu apa yang dilakukan pada dirinya.
Kelihatannya
Anoman terpedaya dengan kecantikan dewi Sayempraba. Anoman dan para punakawan
dijamu dengan makanan yang lezat dan minuman yang menyegarkan. Anoman dan para
punakawan makan dengan lahapnya.Anoman memang lapar. Sudah lama ia pingsan jadi
sudah beberapa hari tidak makan. Selesai makan minum, Anoman berpamitan mau
melanjutkan perjalanan menuju Alengka. Dewi Sayempraba menghalangi Anoman, agar
tidak meninggalkan Goa Windu. Sayempraba menghendaki agar Anoman bersedia
memperistrinya. Anoman menolak ajakan dewi Sayempraba. Kemudian Anoman segera
mengajak para punakawan meninggalkan istana Sayempraba.
Sepeninggal
Anoman, Dewi Sayempraba gundah gulana. Ia kecewa Anoman tidak menanggapi
cintanya. Padahal Dewi Sayempraba sangat mencintainya. Namun Dewi Sayempraba
percaya, kalau Anoman akan kembali ke Goa Windu pada suatu saat.
Setelah
beberapa lama berjalan meninggalkn goa. Tiba-tiba kedua mata Anoman seakan akan
melihat seberkas cahaya yang sangat menyilaukan. Kemudian pandangan menjadi
gelap, Anoman menjadi buta Anoman menjadi sedih, Ia merasa gagal melak sanakan
tugas dari Prabu Rama. Para panakawan memapah Anoman dan mencarikan orang yang
dapat mengobati sakitnya.
Anoman
kelihatannya masih beruntung, agaknya tangisannya didengar oleh seekor burung
garuda, yang bernama Sempati. Sempati mencoba mengobati Anoman. Sebelumnya
Burung Sempati memohon dewa agar dapat menyembuhkan mata Anoman. Sempati
mengobati kedua mata Anoman dengan meneteskan air liur dari paruhnya.
Permohonan burung Sempati kepada dewa, agaknya dikabulkan Dewa, Anoman sembuh.
Anoman sudah tidak buta lagi.
Burung
Sempati menceriterakan saudaranya, Burung Jatayu, yang tewas ketika melawan
Prabu Dasamuka. Burung Jatayu sebenarnya mau menyelamatkan Dewi Sinta yang
diculik Prabu Dasamuka. Namun Jatayu gagal membawa Dewi Sinta ke Ayodya, karena
Prabu Dasamuka, membabat kedua sayapnya dan lehernya dari belakang, sehinga burung
Jatayu jatuh ke bumi.Sedangkan Dewi Sinta dapat direbut kembali oleh Prabu
Dasamuka dan dibawa ke negerinya, Alengka. Beberapa saat kemudian, Jatayu pun
tewas. Anoman mendengar cerita Burung Sempati menjadi semakin yakin, bahwa yang
menculik Dewi Sinta adalah Prabu Dasamuka. Anoman dan para Punakawan
mengucapkan terima kasih pada burung Sempati karena telah menyembuhkan Anoman
dari kebutaannya. Anoman dan para Punakawan berpamitan kepada burung Sempati,
untuk meneruskan perjalanannya ke negeri Alengka Oleh Anoman para Punakawan
dimasukkan kembali dalam kancing gelungnya. Kemudian Anoman melesat jauh
keangkasa menuju Istana Alengka. Perjalanan Anoman ke istana Alengka dirasa
tidak terlalu lama lagi. Setelah beberapa saat kemudian sampailah Anoman ke Istana
Alengka.
Indrajid anak Prabu Dasamuka yang sedang berjaga di luar Istana melihat sekelebatan makhluk asing yang berlalu dihadapannya. Indrajid penasaran, ia segera mencari keseluruh penjuru Istana. Anoman sekarang sudah berada di taman Asoka. Ia bersembunyi diatas pohon Nagasari yang rimbun daunnya.
Sementara itu di Kaputren taman Asoka, Prabu Dasamuka merasa
kecewa, karena dewi Sinta belum mau diboyong ke dalam Istana. Prabu Dasamuka
berniat memaksa dewi Sinta untuk melayani dirinya. Namun niat Prabu Dasamuka
dapat diurungkan oleh Dewi Trijatha anak Wibisana, adik Prabu Dasamuka. Prabu
Dasamuka meninggalkan taman Asoka dengan kecewa.
Untuk menghilangkan gundah hati Dewi Sinta, Dewi Trijatha
mengajak Dewi Sinta ke taman bunga yang letaknya dekat pohon Nagasari, dimana
tempat Anoman bersembunyi. Anoman segera meloncat dari pohon. Kedua wanita itu
menjadi terkejut, ketika melihat makhluk asing didepannya. Anoman
memperkenalkan diri bahwa ia utusan Prabu Rama. Anoman menyampaikan pesan Prabu
Rama agar Dewi Sinta bersabar menunggu kedatangan Prabu Rama untuk
menjemputnya. Anoman menawarkan jasa, apabila Dewi Sinta menghendaki Anoman
akan membawa pulang ketempat Prabu Rama.
Anoman memberikan cincin dari Prabu Rama kepada Dewi Sinta.
Dewi Sinta menerima pemberian cincin dari Prabu Rama, dan dipakai dijari
manisnya. Namun sayang cincin itu menjadi kebesaran, karena Dewi Sinta menjadi
kurus kering, setelah tinggal di Alengka. Dewi Sinta menitipkan sebuah sisir
yang sudah lama tak dipakai. Karena sejak di Alengka Dewi Sinta sudah tidak mau
menyisir rambut dan merawat dirinya. Kelihatannya badan Dewi Sinta menjadi
rusak. Dewi Sinta merasa tersiksa di negeri orang, jauh dari Prabu Rama. Dewi
Sinta tidak bersedia dibawa Anoman pulang ke tempat Prabu Rama. Dewi Sinta
menginginkan Prabu Rama sendiri yang menjemput pulang.
Belum selesai mereka saling bicara, Indrajid dan pasukannya
telah mengepung taman Asoka. Anoman sengaja tidak memberi perlawanan, agar
mereka menangkap dirinya. Anoman bermaksud mengukur kekuatan pertahanan
Alengka. Indrajid segera membawa Anoman ke tempat Prabu Dasamuka yang sedang
mengadakan pertemuan agung, yang dihadiri Patih Prahasta, adik-adik Prabu
Dasamuka, seperti Kumbakarna, Sarpakenaka, Wibisana, para putera Prabu Dasamuka
serta raja-raja taklukan Kerajaan Alengka.
Setelah Anoman dibawa masuk ke dalam Istana, Indrajid
menghadap Ayahandanya dan melaporkan semua kejadian yang baru terjadi. Mendengar
itu muka Prabu Dasamuka menjadi merah padam.Prabu Dasamuka marah bukan
kepalang.
Oleh Prabu Dasamuka, Indrajid disuruh mengikat Anoman di
depan istana, dan dibakar hidup-hidup.Indrajid berangkat melaksanakan tugas.
Anoman digelandang keluar istana dan di ikat di tiang depan istana. Anoman
melihat beberapa orang perajurit membawa kayu bakar, dan menumpukkannya di
sekeliling Anoman berdiri. Indrajid dan para perajuritnya masuk kembali ke
istana, dan melaporkan kesiapannya untuk membakar Anoman .
Sewaktu Indrajid dan perajurit-prajuritnya masuk istana,
datanglah Togog, seorang Abdi Kerajaan Alengka jelmaan Sanghyang Antaga
mendatangi Anoman. Dibawakannya Anoman sebuah kendi yang berisi air minum yang
sejuk dan menyegarkan. Anoman memang sejak tadi merasakan kehausan, karena
sejak kedatangannya di negeri Alengka belum minum sama sekali.Anoman segera
menerima kendi itu dan meminumnya. Anoman merasakan tubuhnya menjadi segar
kembali. Anoman berterima kasih kepada Togog dan berpesan, agar Togog memasang
janur kuning diatap rumahnya.
Tiada lama kemudian Indrajid bersama ayahandanya, Prabu
Dasamuka beserta para adik dan putera-putera yang lainnya mendekati Anoman.
Wibisana, Adik Prabu Dasamuka meminta kakaknya bisa berbuat bijaksana.
Dimintanya Prabu Dasamuka melepaskan Anoman dan menyuruhnya pulang ke Negara
asalnya.
Prabu Dasamuka tidak memperdulikan permintaan adiknya. Prabu
Dasamuka segera menyuruh Indrajid segera membakar Anoman. Dengan sekali sulut
saja, terbakarlah seluruh tumpukan kayu disekeliling Anoman. Anoman kelihatan
sudah terbakar dan sekarang yang nampak hanyalah nyala api yang membumbung
tinggi. Api semakin membesar dan menjilat-jilat sampai setinggi istana.
Setelah ikatan Anoman terlepas, Anoman terbang dengan
membawa api yang menyala ditubuhnya. Api tidak membakar Anoman. Anoman
melemparkan api-api itu keseluruh bangunan istana. Istana Alengka terbakar.
Penghuninya lari pontang-panting.Seluruh bangunan istana habis terbakar.
Untunglah masih ada satu tempat yang tidak terbakar, yaitu
sebuah rumah gubug milik Tejamantri Togog. Prabu Dasamuka dan segenap keluarga
dan perangkatnya mengungsi kerumah Togog. Selesai membakar istana Alengka,
Anoman pun meninggalkan Alengka kembali ke negeri Pancawati.
Anoman sekarang sudah kembali ke Negara Pancawati. Mataharipun
mulai bergeser ke barat.Rupanya Bathara Surya telah mengetahui kepulangan
Anoman ke Pancawati, sehingga tali pengikat matahari pun dilepas.
Anoman kemudian menceriterakan semua kejadian yang dialami,
khususnya pertemuan dengan Dewi Sinta.Kepada Rama, Anoman menyerahkan titipan
Dewi Sinta berupa sisir yang sudah lama tidak dipakainya. Dewi Sinta tidak akan
pergi dari Alengka kalau yang menjemput bukan Prabu Rama sendiri. Sehingga
ajakan Anoman untuk memboyong Dewi Sintapun ditolak olehnya. Prabu Rama
bersedih hati mendengar laporan Anoman, ia terharu mengetahui Dewi Sinta
istrinya selalu setya padanya. Prabu Rama berjanji akan segera menyusul Dewi
Sinta ke Alengka, untuk memboyongnya pulang kenegeri Ayodya.
Prabu Rama segera bersiap-siap menggelar perang melawan
Prabu Dasamuka.Prabu Dasamuka nantinya hanya ada dua pilihan, memilih dengan
cara damai yaitu Prabu Dasamuka mengembalikan Dewi Sinta kepada Prabu Rama,
ataukah dengan perang.
Untuk membawa pasukan ke negeri Alengka, Prabu Rama merenca
nakan membuat jembatan atau menambak air laut sehingga di laut ada jalan yang
bisa dilewati pasukan Prabu Rama, mulai dari Pantai Pancawati ke daratan
Alengka.***

Langganan:
Postingan (Atom)